Menurut ahli
sejarah, disekitar abad 8 M, masyarakat Mbojo Bima mulai berhubungan dengan
para pedagang dan musafir dari daerah lain, yang memiliki kebudayaan serta ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tinggi. Para pedagang dan musafir itu berasal
dari Jawa, Sulawesi Selatan, sumatera dan Ternate.
Kehadiran para
pedagang dan musafir diterima dengan senang hati oleh masyarakat. Mereka mulai
mengenal dan mempelajari ilmu pertanian, peternakn, pertukangan (industri) dan
pelayaran serta perniagaan. Para pedagang musafir, mengajarkan segalah ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat Mbojo Bima dengan senang hati pula.
Sejak saat itu,
keadaan Dana Mbojo mulai berubah. Masyarakat muai mengenal pertanian,
peternakan, pertukangan (industri) serta perniagaan dan pelayaran. Mereka mulai
menetap dan mendirikan rumah. Sehingga lahir kampung, desa dan Kota.
Keadaan dou labo dana (rakyat dan negeri) yang mulai timbul dan
berkembang itu, oleh masyarakat diibaratkan sebagai sebatang pohon yang mulai
ncuhi atau ncuri (yang mulai bertunas dan berkuncup). Karena itu, jaman awa
kemajuan itu disebut jaman ncuhi. Yang dalam ilmu sejarah disebut jaman proto
sejarah (jaman awa sejarah).
Dengan demikian
jaman naka berakhir. Masyarakat Mbojo Bima memasuki jaman baru, yaitu jaman
Ncuhi. Sejak itu pula pemimpin mreka disebut ncuhi.
Biarpun ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang, namun
ncuhi bersama rakyat tetap memegang teguh asas mbolo ro dampa dan karawi
kaboju. Ncuhi tetap berlakuadil dan bijaksana. Ncuhi harus berperan sebagai “
hawo ro ninu” rakyat (pengayom dan peindung rakyat). Ia harus memegang teguh
falsfah maa labo dahu ( malu dan takut). Ncuhi akan malu dan takut apabil
melakukan perbuatan tercela. Hal serupa dilakukan pula oleh rakyat.
Ncuhi bukan
hanya pemimpin pemerintah, tetapi ia juga pemimpin agama. Pada masa ncuhi,
masyarakat tetap menganut kepercayaan makamba makimbi.
Kian lama hubungan dengan daerah luar semakin intim . para pedagang
dan musafir dari seluruh pelosok nusantara, terutama dari jawa terus bertambah.
Para pedagang dan musafir dari jawa timur mendirikan perkampungan di pesisir
barat teluk bima, yaitu didesa Sowa Kecamatan Donggo sekarang.
Sampai sekarang
dibekas pemukiman mereka, masih dapat disaksikan peninggalan sejarah atau situs
yang oleh masyarakat diberi nama Wadu Pa,a (batu pahat). Pada dinding batu
terdapat tulisan jawa kuno serta patung syiwa. Menurut ahli arkeologi, wadu
pa,a di buat disekitar abad 11M.
Salah seorang
tokoh pedagang dan musafir jawa timur yang terkenalpada saat itu bernama sang
Bima. Ia menjalin persahabatan dengan para ncuhi, terutama dengan ncuhi dara
yang bermukiman di desa dara Kecamatan Ranasae sekarang.
Keadaan masyarakat
semakin maju. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Pelabuhan
mbojo Bima bertambah ramai dikunjung oleh pedagang dari seluruh pelosok
nusantara. Kehidupan masyarakat bertambah makmur sejahtera. Mereka hidup rukun
dan damai. Asas mbolo ro dampa dan karawi kaboju tetap diamalkan. Falsafah maja labo dahu
tetap dijunjung tinggi.
Untuk meningkatkan
persatuan dan kesatuan, seluruh ncuhi pada abad 11 M, mengadakan mbolo ro dampa
itu, diputuskan hal-hal sebagai berikut :
Ø
Masyarakat beserta seluruh ncuhi,
mengangkat ncuhi dara sebagi pemimpin masyarakat Mbojo Bima
Ø
Ncuhi parewa diangkat menjadi
pemimpin di wilayah seltan, yaitu di kecamatan belo, woha dan monta sekarang.
Ø
Ncuhi bangga pupa diangkat menjadi
pemimpin di wilayah utara, yaitu di kecamatan wera sekarang
Ø
Ncuhi bolo diangkat menjadi pemimpin
di wiayah barat yaitu di kecamatan bolo dan donggo sekarang
Ø
Ncuhi doro woni diangkat menjadi
pemimpin di wilayah timur, yaitu di kecamatan wawo dan sape sekarang
Gabung dari seluruh wilayah Dana Mbojo Bima, di beri nama
babuju.sesuai dngan nama tempat berlangsugnya mbolo ro dampa. Nama mbojo
berasal dari kata babuju
Generasi muda harus mengikuti cra hidup
leluhur pada masa ncuhi mereka rajin menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi,
guna dijadikan modal dalam membangun. Asas musyawarah dan gotong-royong tetap
mereka amalkan. Mereka juga selalu memegang teguh falsafah maja labo dahu
No comments:
Post a Comment